03 October 2009

Belajar dari Air

Tak kan ada kehidupan tanpa air. Air adalah kebutuhan vital semua makhluk. Diduga bahwa dalam beberapa dasawarsa ke depan, salah satu sumber konflik adalah karena rebutan air, untuk menyambung kehidupan.

Air kadang kala dianggap sebagai sumber mala petaka, penyebab musibah. Pahamilah bahwa dia hanyalah menjalani sunatullah (hukum alam). Yang menjadi masalah adalah manusia tak pernah berhenti melanggar sunatullah, pemahaman tentang sunatullah tidak menjadi pertimbangan dalam bertindak agar sunatullah itu dapat berjalan dengan baik, sehingga keseimbangan alam terganggu. Karena itulah air mencari keseimbangan baru, tidak kenal waktu dan tanpa pandang bulu. Sebuah contoh, bayangkan : buang sampah ke got, selokan atau sungai, menyebabkan saluran air mampet kemudian air meluap kemana-mana. Itu pelanggaran sunatullah !!!

Air adalah sumber kehidupan, bisa juga sumber inspirasi, bahan renungan menuju kehidupan yang lebih bijak. Di bawah ini disampaikan sebuah bahan renungan, ‘Belajar dari AIR’, yang saya kutip dan sadur dari sebuah milis, tulisan salah seorang alumni IPB.

Semoga bermanfaat.

Wassalaam,
Muhdin


EPISODE ALAM : Belajar dari Air
(Cepy Alhakim, Pinggir Sungai Siak, 26 Februari 2009)

Siklus air adalah simbol kesabaran atas sunatullah (konsensus alam). Air tidak pernah mengeluh ketika dipanaskan ataupun didinginkan, bahkan dengan dua kondisi itu ia bisa memberikan manfaat bagi orang-orang yang membutuhkannya.

Salah satu sifat air adalah selalu mengikuti wadah yang ditempatinya. Namun kandungan air itu sendiri tidak berubah. Hal itu menunjukkan keistiqomahan dan fleksibilitas air dalam beradaptasi. Seperti itulah semestinya kita. Dimanapun kita berada kita harus selalu bisa menyesuaikan diri, beradaptasi dan tidak mudah mengeluh terhadap kondisi yang terjadi, bahkan lebih dari itu kita harus mengisi lingkungan tersebut dengan nilai-nilai kebaikan dan tetap memberikan konstribusi terbaik yang bisa disumbangkan.

Ketika kita berinteraksi, kita haruslah selalu memegang identitas diri (istiqomah) serta tidak terpengaruh apalagi bersekutu dengan sesuatu keburukan. Seperti air yang tak akan bercampur dengan minyak dan hanya bercampur dengan bahan senyawanya.

Perhatikan air saat dibendung atau terbendung. Tertutup satu jalan di depan, ia akan berusaha mencari jalan lain dan terus mencari sampai jalan itu benar-benar didapatinya. Air tidak pernah menyia-nyiakan lubang bocor di ember atau di bak sekecil apapun. Ia akan mengalir deras menuju kebebasan bergerak dan keberhasilan. Seperti air itulah, tidak seharusnya manusia mudah menyerah, pasrah dan putus asa setiap kali membentur halangan dalam meraih cita cita.

Bagaikan air yang membuat batu berlubang ataupun yang mengikis karang, dengan butiran-butiran kecil ataupun desiran buih yang serempak tapi terus menerus tanpa mengenal lelah ataupun berhenti sesaat selama masih terdapat aliran. Begitupun seharusnya kita yang tak kan pernah berhenti tuk selalu berusaha, sekeras apapun tantangan yang ada, jika kita lakukan dengan kesabaran yang tulus dan keikhlasan tentu akan memperoleh hasil. Dan usaha yang dilakukan terus menerus tak kenal henti hingga ajal menjelang.

Belajarlah dari sifat air dalam kehidupan kita. Hidup adalah bagaimana kita menulis dan memaknainya . Tapi memang Allah swt lah sang Maestronya. Berjuanglah, karena itu kita hidup. Jadikan shalat dan sabar sebagai penolongmu, jadikan ikhlas sebagai niatmu, jadikan tawakal sebagai pengingatmu. Semoga Allah swt senantiasa membimbing kita dalam menapaki jalan terbaik menuju kesempurnaan diri. Amiin.

2 comments:

Brondong Bogor said...

setujuuu pak,, air ada dimana mana dan takkan kemana mana...
semoga air tetap bersahabat dengan kita sesuai sunatullahnya,,

Brondong Bogor said...

mantapp bapak,, bapak udah sangat lengkap membicarakan tentang air pak,,
kapan2 muat tulisan tentang udara pak,,
kalau bisa sejarah karbon trade pak,
(e14070033)