21 March 2009

Hutan, Paru-paru Dunia ?

Sering kita dengar bahwa hutan adalah paru-paru dunia.  Ternyata ungkapan tsb salah kaprah. Berikut ini tulisan tentang hal tsb yg konon katanya pernah dimuat di majalah GATRA ?
Mudah-mudahan bermanfaat.
Wassalaam,
Muhdin

Paru-paru Dunia
Oleh: Daniel Murdiyarso
(Peneliti Senior Center for International Forestry Research dan Guru Besar IPB, Bogor)

Kita sering mendengar pernyataan beberapa pihak yang mengatakan bahwa negeri kita dengan hutannya yang luas adalah paru-paru dunia. Pernyataan itu biasanya dilanjutkan dengan nada politis yang tinggi: dunia harus berterimakasih kepada kita karena hutan kita telah menyumbangkan begitu banyak oksigen kepada dunia ini. Bahkan ketika musim asap kebakaran hutan tiba pernyataan senada sering muncul untuk meredakan kemarahan negeri jiran. Benarkah hutan adalah paru-paru dunia ?
Istilah paru-paru dunia telah digunakan secara salah kaprah. Bahkan dua kali salah kaprah. Pertama, siapa pun tahu bahwa fungsi paru-paru adalah untuk mengikat oksigen (O2) dari udara yang dihirup pemilik paru-paru itu lewat hidung. Selanjutnya oksigen itu diserap darah untuk proses metabolisme dst. Hasil sampingannya antara lain adalah karbon dioksida (CO2) yang dihembuskan keluar dari paru-paru, juga lewat hidung. Nah, hutan justru melakukan hal sebaliknya. Dalam proses fotosintesis, hutan dan semua tanaman berkhlorofil justru mengikat CO2 di udara lewat stomata. Hasil sampingannya yang dikeluarkan adalah O2. Jadi fungsi hutan tidak identik dengan paru-paru.
Kedua, dalam proses asimilasi, hutan dan tanaman berkhlorofil lainnya memang mengeluarkan oksigen, tetapi jumlahnya sangatlah kecil dibanding konsentrasi O2 yang sudah melimpah ruah di atmosfer.  Oksigen adalah gas penyusun atmosfer yang paling banyak jumlahnya (21%) setelah nitrogen (78%). Komposisi ini tidak terpengaruh oleh perubahan biomassa hutan. Pengaruh konversi hutan secara besar-besaran di Europa dan Amerika selama 400 tahun terakhir dan di daerah tropis selama 30 tahun terakhir terhadap oksigen dunia bagaikan setetes air di lautan yang luas.
Begitu melimpahnya oksigen di atmosfer bumi kita ini, sehingga penumpukan CO2 yang mencapai 40 persen sejak zaman pra-industri (250-350 ppm) sekalipun tidak menyebabkan kita tercekak. Memang bumi semakin panas akibat efek rumahkaca yang ditimbulkan CO2, tetapi tidak berarti bahwa kita akan mengalami kesulitan untuk bernafas karena kekurangan oksigen. Justru penambahan CO2 inilah yang seharusnya menjadi perhatian kita, bukan membelokkannya ke isu O2 yang sudah salah kaprah.
Tidak seperti nitrogen dan oksigen, volume CO2 di atmosfer sangat kecil (0.03 persen). Cadangan karbon (C) di atmosfer sekitar 750 milyar ton (petagram, Pg), mendekati cadangan karbon biomassa yang sekitar 550 milyar ton. Oleh karena itu perubahan karbon di biosfer (termasuk hutan) yang kecil sekalipun, baik karena emisi maupun penyerapan akan mempengaruhi konsentrasi CO2 atmosfer. Pendek kata, penambahan dan pengurangan hutan secara signifikan akan berpengaruh terhadap konsentrasi CO2, tetapi tidak terhadap konsentrasi O2. Masalah dunia adalah CO2 yang meningkat tajam karena ulah manusia, bukan O2 yang tidak terpengaruh keberadaannya oleh aktivitas manusia dalam bentuk apapun. Mari kita tidak meneruskan ucapan yang salah kaprah penggunaannya.
Dalam skala yang berbeda, uraian di atas sering rancu dengan soal kenyamanan (comfort). Hutan, hutan kota, taman dengan pepohonan dsb. memang memberikan kenyamanan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor cuaca setempat, utamanya suhu dan kelembaban udara. Tetapi bukan kadar oksigen ! Indeks kenyamanan akan menggambarkan reaksi tubuh manusia terhadap perubahan suhu dan kelembaban. Indeks yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dari selang kenyamanan seseorang akan mempengaruhi metabolisme tubuhnya hingga mengalami cekaman (stress).
Pepohonan dan taman kota akan menyerap teriknya radiasi surya sehingga energi yang tersisa untuk memanaskan udara di sekitarnya relatif tinggal sedikit. Penghuni kota dan pengunjung taman pun merasakan kesejukan dan kenyamanan. Lebih nyaman lagi jika kelembabannya tidak terlalu tinggi sehingga respirasi (keringat) dari tubuh bisa dikurangi.Dengan indeks kenyamanan yang tepat dibarengi dengan udara yang bebas dari polutan, akan membuat paru-paru kita tambah sehat. Paru-paru yang sehat akan menyediakan oksigen yang cukup untuk darah. Selanjutnya seluruh tubuh pun menjadi lebih sehat.
----------------------------

No comments: